BEKASI - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)
Anies Baswedan meminta seluruh sekolah mengajarkan kejujuran dan
integritas kepada anak didiknya. Pasalnya selama ini masyarakat seakan
lupa memberi perhatian pada nilai-nilai etika, budi pekerti, kejujuran
dan integritas.
Anies menyatakan pemerintah akan mendorong para
kepala sekolah, guru yang menjaga integritas karena sekolah-sekolah
dengan angka integritasnya tinggi justru akan mendapat apresiasi dari
pemerintah. “Pemerintah akan menonjolkan indeks integritas. Kurangnya
integritas ini berakibat banyak sekali korupsi. Sekolah dan rumah yang
harus mengajarkan soal integritas itu,” kata Anies dalam sambutannya
pada peresmian gedung baru SD SIS-SMPIT/SMAIT Insan Mandiri Cibubur,
Bekasi, Senin (21/12/2015).
Anies optimis Sekolah Insan Mandiri
Cibubur akan mampu menjadi sekolah yang menjaga integritas dan menjadi
sekolah Islam pertama dengan kemampuan mengajarkan kejujuran untuk
menjawab tantangan di masa depan. Anies melanjutkan, ke depan ujian
nasional (UN) hasilnya ada dua komponen, yakni capaian di bidang studi
dan komponen integritas.
Integritas sendiri, menurut Anies, merupakan dasar dari karakter moral.
Sehingga ketika integritas tersebut goyah maka runtuhlah segala karakter
moral lainnya."Menumbuhkan integritas sebagai prinsip yang kokoh dalam
diri siswa sama halnya dengan memastikan masa depan Indonesia bersih di
tangan calon pemimpin bangsa," papar Anies.
Anies menuturkan,
selama ini kita lupa memberi perhatian pada nilai-nilai etika, budi
pekerti, kejujuran dan integritas. “Saya minta kepada semua pihak,
termasuk kepala sekolah dan guru untuk tidak mengotori siswa kita
dengan aktivitas yang curang,” tuturnya.
Ketua Umum YPSJ Bekasi
Ichsan Thalib mengemukakan, SD SIS SMPIT/SMAIT Insan Mandiri Cibubur,
merupakan salah satu sekolah Islam tepadu yang mengusung konsep Islamic
Boarding School. Diharapkan dari sekolah ini akan meluluskan generasi
bangsa yang rabbani, pemimpin ideal, sebagai pemersatu umat dan
bermanfaat bagi umat disekelilingnya.
Sumber Berita : SindoNews.com
Jumat, 08 Januari 2016
Mendikbud: Pendidikan Harus Ajarkan Peduli Lingkungan
sdnsukabanjar.com, Yogyakarta - Kualitas lingkungan hidup memengaruhi tingkat pendidikan suatu negara dan sebaliknya. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menegaskan lingkungan ialah hal mendasar dalam hidup yang berkaitan dengan pendidikan suatu negara.
Anies menyebut konflik yang terjadi di Suriah dan Afrika sebagai contoh nyata atas dampak dari pengelolaan sumber daya yang tidak benar. Akibat hal itu, proses pendidikan di kedua negara terganggu.
"Pengelolaan tidak selalu dijalankan secara benar. Konflik berkepanjangan seperti di Afrika itu justru sumbernya karena lingkungan hidup. Faktor lingkungan menjadi sangat mendasar. Presiden ungkapkan hal yang sama saat pidato perubahan iklim di Paris," kata Anies dalam National Academic Meeting Pendidikan Hijau: Peluang dan Tantangan di Universitas Janabadra, Yogyakarta, Kamis, 3 Desember 2015.
Anies mengatakan masalah lingkungan kini menjadi masalah global. Berkaca pada pandangan Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara, Anies menyatakan sistem pendidikan tidak boleh hanya berfokus di lingkungan sekolah. Pendidikan justru harus menyertakan lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar sebagai bagian sistem pendidikan.
"Ki Hadjar sudah mencontohkan cara mendidik yang juga sudah dilakukan banyak negara dan terbukti sukses. Bahkan, buku itu sudah ditulis sejak 80 tahun lalu," ungkap Anies.
Berangkat dari kesadaran itu, sejumlah 3 universitas dan 5 lembaga swadaya masyarakat (LSM) mendirikan Konsorsium Hijau. Konsorsium mengemban kampanye gerakan hijau di Indonesia. Ketua Konsorsium Hijau Maryatmo menyatakan kampanye itu penting seiring dengan kerusakan lingkungan yang semakin merajalela.
Dia menyatakan perlu adanya perubahan pola pikir masyarakat tentang pengelolaan lingkungan yang harus dimulai dari sekolah tingkat dasar. Jika konsisten dilakukan, perubahan paradigma bisa terjadi dan diteruskan ke generasi selanjutnya.
"Paradigma yang baru yang diperjuangkan manusia dan lingkungan nerupakan satu kesatuan. Manusia tidak bisa sejahtera tanpa didukung lingkungan. Gerakan paling efektif adalah paradigma atau cara berpikir saat anak-anak kita masih di sekolah dasar," ujar Maryatmo.
Sumber Berita : Liputan6.com
Anies menyebut konflik yang terjadi di Suriah dan Afrika sebagai contoh nyata atas dampak dari pengelolaan sumber daya yang tidak benar. Akibat hal itu, proses pendidikan di kedua negara terganggu.
"Pengelolaan tidak selalu dijalankan secara benar. Konflik berkepanjangan seperti di Afrika itu justru sumbernya karena lingkungan hidup. Faktor lingkungan menjadi sangat mendasar. Presiden ungkapkan hal yang sama saat pidato perubahan iklim di Paris," kata Anies dalam National Academic Meeting Pendidikan Hijau: Peluang dan Tantangan di Universitas Janabadra, Yogyakarta, Kamis, 3 Desember 2015.
Anies mengatakan masalah lingkungan kini menjadi masalah global. Berkaca pada pandangan Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara, Anies menyatakan sistem pendidikan tidak boleh hanya berfokus di lingkungan sekolah. Pendidikan justru harus menyertakan lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar sebagai bagian sistem pendidikan.
"Ki Hadjar sudah mencontohkan cara mendidik yang juga sudah dilakukan banyak negara dan terbukti sukses. Bahkan, buku itu sudah ditulis sejak 80 tahun lalu," ungkap Anies.
Berangkat dari kesadaran itu, sejumlah 3 universitas dan 5 lembaga swadaya masyarakat (LSM) mendirikan Konsorsium Hijau. Konsorsium mengemban kampanye gerakan hijau di Indonesia. Ketua Konsorsium Hijau Maryatmo menyatakan kampanye itu penting seiring dengan kerusakan lingkungan yang semakin merajalela.
Dia menyatakan perlu adanya perubahan pola pikir masyarakat tentang pengelolaan lingkungan yang harus dimulai dari sekolah tingkat dasar. Jika konsisten dilakukan, perubahan paradigma bisa terjadi dan diteruskan ke generasi selanjutnya.
"Paradigma yang baru yang diperjuangkan manusia dan lingkungan nerupakan satu kesatuan. Manusia tidak bisa sejahtera tanpa didukung lingkungan. Gerakan paling efektif adalah paradigma atau cara berpikir saat anak-anak kita masih di sekolah dasar," ujar Maryatmo.
Sumber Berita : Liputan6.com
Langganan:
Postingan (Atom)