Sabtu, 11 Juni 2016

GURU PEMBELAJAR





Guru sebagai pendidik pada jenjang satuan pendidikan anak usia dini, dasar, dan menengah memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan peserta didik sehingga menjadi determinan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Pentingnya peranan guru dalam pendidikan diamanatkan dalam Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang mengamanatkan adanya pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagai aktualisasi dari profesi pendidik.

Untuk merealisasikan amanah undang-undang sebagaimana dimaksud, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar bagi semua guru, baik yang sudah bersertifikat maupun belum bersertifikat. Untuk melaksanakan program tersebut, pemetaan kompetensi telah dilakukan melalui Uji Kompetensi Guru (UKG) di seluruh Indonesia sehingga dapat diketahui kondisi objektif guru saat ini dan kebutuhan peningkatan kompetensinya.

Hasil UKG pada tahun 2015 menunjukkan nilai rata-rata nasional yang dicapai adalah 56,69, meningkat dibandingkan nilai rata-rata nasional dari tahun-tahun sebelumnya yaitu 47, dan sudah melampui target capaian nilai rata-rata nasional tahun 2015 yang ditetapkan dalam renstra Kemdikbud yaitu sebesar 55. Walaupun demikian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, khususnya Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) berusaha lebih keras agar dapat mengejar target yang ditetapkan pada tahun 2016 yaitu 65. Untuk itu Ditjen GTK mengembangkan program berdasarkan hasil UKG 2015 yang disebut dengan Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar.

Jumat, 08 Januari 2016

Mendikbud Minta Sekolah Harus Ajarkan Kejujuran & Integritas

BEKASI - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan meminta seluruh sekolah mengajarkan kejujuran dan integritas kepada anak didiknya. Pasalnya selama ini masyarakat seakan lupa memberi perhatian pada nilai-nilai etika, budi pekerti, kejujuran dan integritas.

Anies menyatakan pemerintah akan mendorong para kepala sekolah, guru yang menjaga integritas karena sekolah-sekolah dengan angka integritasnya tinggi justru akan mendapat apresiasi dari pemerintah. “Pemerintah akan menonjolkan indeks integritas. Kurangnya integritas ini berakibat banyak sekali korupsi. Sekolah dan rumah yang harus mengajarkan soal integritas itu,” kata Anies dalam sambutannya pada peresmian gedung baru SD SIS-SMPIT/SMAIT Insan Mandiri Cibubur, Bekasi, Senin (21/12/2015).

Anies optimis Sekolah Insan Mandiri Cibubur akan mampu menjadi sekolah yang menjaga integritas dan menjadi sekolah Islam pertama dengan kemampuan mengajarkan kejujuran untuk menjawab tantangan di masa depan. Anies melanjutkan, ke depan ujian nasional (UN) hasilnya ada dua komponen, yakni capaian di bidang studi dan komponen integritas.

Integritas sendiri, menurut Anies, merupakan dasar dari karakter moral. Sehingga ketika integritas tersebut goyah maka runtuhlah segala karakter moral lainnya."Menumbuhkan integritas sebagai prinsip yang kokoh dalam diri siswa sama halnya dengan memastikan masa depan Indonesia bersih di tangan calon pemimpin bangsa," papar Anies.

Anies menuturkan, selama ini kita lupa memberi perhatian pada nilai-nilai etika, budi pekerti, kejujuran dan integritas. “Saya minta kepada semua pihak, termasuk kepala sekolah dan guru untuk tidak mengotori  siswa kita dengan aktivitas yang curang,” tuturnya. 

Ketua Umum YPSJ Bekasi Ichsan Thalib mengemukakan, SD SIS SMPIT/SMAIT Insan Mandiri Cibubur, merupakan salah satu sekolah Islam tepadu yang mengusung konsep Islamic Boarding School. Diharapkan dari sekolah ini akan meluluskan generasi bangsa yang rabbani, pemimpin ideal, sebagai pemersatu umat dan bermanfaat bagi umat disekelilingnya.

Sumber Berita : SindoNews.com

Mendikbud: Pendidikan Harus Ajarkan Peduli Lingkungan

sdnsukabanjar.com, Yogyakarta - Kualitas lingkungan hidup memengaruhi tingkat pendidikan suatu negara dan sebaliknya. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menegaskan lingkungan ialah hal mendasar dalam hidup yang berkaitan dengan pendidikan suatu negara.

Anies menyebut konflik yang terjadi di Suriah dan Afrika sebagai contoh nyata atas dampak dari pengelolaan sumber daya yang tidak benar. Akibat hal itu, proses pendidikan di kedua negara terganggu.

"Pengelolaan tidak selalu dijalankan secara benar. Konflik berkepanjangan seperti di Afrika itu justru sumbernya karena lingkungan hidup. Faktor lingkungan menjadi sangat mendasar. Presiden ungkapkan hal yang sama saat pidato perubahan iklim di Paris," kata Anies dalam National Academic Meeting Pendidikan Hijau: Peluang dan Tantangan di Universitas Janabadra, Yogyakarta, Kamis, 3 Desember 2015.

Anies mengatakan masalah lingkungan kini menjadi masalah global. Berkaca pada pandangan Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara, Anies menyatakan sistem pendidikan tidak boleh hanya berfokus di lingkungan sekolah. Pendidikan justru harus menyertakan lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar sebagai bagian sistem pendidikan.
"Ki Hadjar sudah mencontohkan cara mendidik yang juga sudah dilakukan banyak negara dan terbukti sukses. Bahkan, buku itu sudah ditulis sejak 80 tahun lalu," ungkap Anies.

Berangkat dari kesadaran itu, sejumlah 3 universitas dan 5 lembaga swadaya masyarakat (LSM) mendirikan Konsorsium Hijau. Konsorsium mengemban kampanye gerakan hijau di Indonesia. Ketua Konsorsium Hijau Maryatmo menyatakan kampanye itu penting seiring dengan kerusakan lingkungan yang semakin merajalela.

Dia menyatakan perlu adanya perubahan pola pikir masyarakat tentang pengelolaan lingkungan yang harus dimulai dari sekolah tingkat dasar. Jika konsisten dilakukan, perubahan paradigma bisa terjadi dan diteruskan ke generasi selanjutnya.

"Paradigma yang baru yang diperjuangkan manusia dan lingkungan nerupakan satu kesatuan. Manusia tidak bisa sejahtera tanpa didukung lingkungan. Gerakan paling efektif adalah paradigma atau cara berpikir saat anak-anak kita masih di sekolah dasar," ujar Maryatmo.

Sumber Berita : Liputan6.com